Jumat, 10 Oktober 2008

Hardware Komputer


Jaman sekarang kita tak bisa lepas dari komputer. Hampir semua pekerjaan menggunakan komputer. Komputer terdiri dari berbagai komponen. Salah satu pembagian komponen komputer yaitu hardware dan software.

Hardware atau perangkat keras adalah komponen fisik dari komputer.
Macam-macam hardware komputer:

Motherboard/Mainboard
M
otherboard adalah papan untuk menaruh kompenen-kompenen hardware lainnya pada komputer. Pada motherboard terdapat slot-slot untuk menaruh hardware seperti prosesor, hardisk, vga card, memori, otical disk dll. Karena hampir semua perangkat di letakkan disini maka disebut motherboard atau mainboard.




Prosesor
P
rosesor adalah otak dari komputer. Semua pekerjaan yang dilakukan komputer diproses oleh prosesor. Kinerja komputer sangat bergantung pada jenis prosesor yang digunakan. Saat ini ada dua merk prosesor yang umum dikenal dipasaran Indonesia yaitu INTEL dan AMD.

Hardisk
Hardisk adalah media penyimpanan dalam komputer. Data dan file disimpan dalam hardisk. Hardisk secara fisik adalah piringan logam magnetik. Cara kerja hardisk yaitu piringan logam magnetik berputar dan data di baca dengan semacam proyektor. Kecepatan putaran hardisk dikenal dalam bentuk rpm. Hardisk di pasaran kebanyakan mempunyai kecepatan 7200 rpm.

Memori
M
emori adalah perangkat keras dalam komputer yang menyimpan intruksi-intruksi. Berbeda dengan hardisk yang menyimpan data/file. Memori menyimpan perintah dari dan ke prosesor. Semakin besar memori maka kecepatan dalam menjalankan perintah-perintah akan semakin cepat.

Optical Disk
O
ptical Disk adalah perangkat untuk membaca cd/dvd

Mouse
M
ouse adalah interface manusia dengan komputer untuk menjalankan komputer agar lebih mudah.

Keyboard
K
eyboard adalah interface manusia dengan komputer yang berupa huruf-huruf dan berbagai simbol lainnya untuk mengetikan ke mesin komputer.

Monitor
M
onitor adalah layar yang akan menampilkan visualisasi dari komputer. Monitor secara fisik berbentuk seperti televisi.


Read More......

Tarian Ndolalak


Sejarah terciptanya tarian Ndolalak yang kemudian menjadi tarian khas Purworejo ini, konon bermula dari peniruan oleh beberapa penggembala terhadap gerakan tarian dansa serdadu Belanda.

Penamaan Ndolalak diambil dari dominannya notasi nada do-la-la yang dinyanyikan serdadu Belanda untuk tarian dansa mereka. Ketika pertama kali tercipta, tarian Ndolalak tidak diiringi dengan peralatan instrumen musik, namun menggunakan nyanyian yang dilagukan oleh para pengiringnya. Lagu-lagu yang dicipta biasanya bernuansakan romantis bahkan ada yang erotis. Nyanyian tersebut dinyanyikan silih berganti atau terkadang secara koor bersama. Dalam perkembangannya, iringan musik tarian Ndolalak menggunakan instrumen musik jidur, terbang, kecer, dan kendang. Sedang untuk iringan nyanyian menggunakan syair-syair dan pantun berisi tuntunan dan nasihat. Isi syair dan pantun yang diciptakan merupakan campuran dari bahasa Jawa dan bahasa Indonesia sederhana. Untuk kostumnya, penari Ndolalak mengenakan layaknya pakaian serdadu Belanda, yaitu pakaian lengan panjang hitam dengan pangkat di pundaknya, topi pet, dan kacamata hitam.


Tarian Ndolalak semula ditarikan oleh para penari pria. Namun dalam perkembangannya, sejak tahun 1976 Ndolalak ditarikan oleh penari wanita. Kini hampir di tiap grup Ndolalak di Purworejo semua penarinya adalah wanita. Jarang sekali kini ditemui ada grup Ndolalak dengan penari pria.

Mengamati keunikan tari Ndolalak, layaklah bila banyak yang mencari tahu cerita tentang perkembangannya. Dari pelacakan para budayawan ditemukan beberapa perbedaaan karakter pembawaannya sesuai dengan kelompok usia dan perkembangan zaman yang tetap berakar pada tradisi yang kental. Kesenian tari Ndolalak tumbuh dan berkembang dengan pesat di desa Kaliharjo, Kec. Kaligesing, Purworejo, Jawa Tengah. Daerah ini merupakan pusat perkembangan seni tari Ndolalak karena secara turun-temurun, anak-beranak penduduk Kaliharjo tetap mencintai dan menjaga kelestariannya. Hingga kini di desa Kaliharjo kehidupan berkesenian kaum tua, dewasa, remaja, dan anak-anak tidak dapat dipisahkan dari Ndolalak.

sumber: http://www.purworejokab.go.id

Read More......

Global Warming



Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.

Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca.

Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.

Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan itu dikarenakan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekwensi-konsekwensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

Penyebab pemanasan global


Efek rumah kaca


Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.

Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.

Sebenarnya, efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dengan efek rumah kaca (tanpanya suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi). Akan tetapi sebaliknya, akibat jumlah gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer, pemanasan global menjadi akibatnya.

Efek umpan balik

Efek-efek dari agen penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara hingga tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya dapat dibalikkan secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.

Efek-efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan radiasi infra merah balik ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.

Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersama dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air dibawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.

Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.

Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.

Variasi Matahari


Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.

Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke University mengestimasikan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan temperatur rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat estimasi berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.

Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat "keterangan" dari Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat "keterangannya" selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan global. Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.


sumber: http://www.wikipedia.com



Read More......